Tujuan
Mengamati cara kerja dan fungsi rangkaian penguat.
Dasar Teori
Penguat operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp
merupakan suatu rangkaian terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai
penguat sinyal, dengan beberapa konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki
impedansi masukan dan penguatan yang tak berhingga serta impedansi keluaran
sama dengan nol. Dalam prakteknya, Op-Amp memiliki impedansi masukan dan
penguatan yang besar serta impedansi keluaran yang kecil. Op-amp memiliki
simbol seperti yang terlihat pada gambar (1).
Gambar 1
Simbol Op-Amp
Secara garis besar, terdapat 4 pin utama dari Op-Amp,
yaitu masukan inverting (tanda minus), masukan noninverting (tanda plus),
masukan tegangan positif, masukan tegangan negatif dan pin keluaran. Di samping
pin tersebut terdapat satu pin untuk adjustment. Beberapa penerapan Op-Amp
diantaranya adalah:
Penguat Inverting
Rangkaian untuk penguat inverting adalah seperti yang
ditunjukkan gambar (2).
Gambar 2
Rangkaian Penguat Inverting
Penguat ini memiliki ciri khusus yaitu sinyal keluaran
memiliki beda fasa sebesar 180o. Pada rangkaian penguat yang ideal
memiliki syarat bahwa tegangan masukan sama dengan 0 dan impedansi masukan tak
terhingga. Sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus penguat
adalah sebagai berikut :
dimana i- = 0, maka
Substitusi persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1)
sehingga diperoleh
Tanda (-) negatif menunjukkan terjadi pembalikan pada
keluarannya atau memiliki beda fasa sebesar 1800 dengan
masukannya.
Penguat Non-inverting,
Rangkaian untuk penguat non-inverting adalah seperti
yang ditunjukkan gambar (3).
Gambar 3
Rangkaian Penguat Non-Inverting
Penguat tersebut dinamakan penguat non-inverting
karena masukan dari penguat tersebut adalah masukan non-inverting dari Op Amp.
Tidak seperti penguat inverting, sinyal keluaran penguat jenis ini sefasa
dengan sinyal masukannya. Seperti pada rangkaian penguat inverting syarat ideal
sebuah penguat adalah tegangan masukan sama dengan 0 dan impedansi masukan tak
terhingga. sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus penguat
adalah sebagai berikut :
Substitusi persamaan (5) dan (6) ke persamaan (1)
sehingga diperoleh
Rangkaian penguat inverting maupun non-inverting
biasanya menggunakan IC Op-Amp 741. Dengan memahami prinsip kerja dari
rangkaian ini, maka rangkaian pengembangan dari rangakaian Op-Amp ini seperti
rangkaian ADC (Analog to Digital Converter), DAC (Digital to Analog Converter),
Summing (penjumlahan) dan yang lainnya juga dapat dipahami. Berikut datasheet
dari IC 741:
Gambar 4
IC 741
Komponen dan Peralatan
Operational Amplifier Apparatus (1 Buah)
Osiloskop (1 Buah)
Audio generator (1 Buah)
Resistor (100 Ω dan 220 Ω) (@1 Buah)
Probe Osiloskop (2 Buah)
Kabel (Secukupnya)
Prosedur Percobaan
Rangkaian Inverting
- Rangkai alat seperti pada gambar (2).
- On-kan osiloskop dan lakukan kalibrasi pada
osiloskop.
- Hubungkan tegangan input (Vin) pada
masukan inverting dan masukan non-inverting di-ground-kan.
- Gunakan resistor 100 Ω sebagai Rin dan
resistor 220 Ω sebagai Rf pada op-amp apparatus.
- Masukkan probe osiloskop dari channel 1 sebagai
input dan probe channel 2 sebagai output pada op-amp apparatus.
- On-kan op-amp apparatus dan audio generator,
kemudian atur frekuensi pada audio generator hingga diperoleh gelombang
keluaran pada channel 2 osiloskop.
- Amati keluaran yang terjadi, catat tegangan dari
channel 1 dan channel 2, kemudian cari faktor penguatannya dan Vout dengan
menggunakan persamaan (4)
Rangkaian Non-Inverting
- Rangkai alat seperti pada gambar (3).
- On-kan osiloskop dan lakukan kalibrasi pada
osiloskop.
- Hubungkan tegangan input (Vin) pada
masukan non-inverting dan masukan inverting di-ground-kan.
- Gunakan resistor 100 Ω sebagai Rin dan
resistor 220 Ω sebagai Rf pada op-amp apparatus.
- Masukkan probe osiloskop dari channel 1 sebagai
input dan probe channel 2 sebagai output pada op-amp apparatus.
- On-kan op-amp apparatus dan audio generator,
kemudian atur frekuensi pada audio generator hingga diperoleh gelombang
keluaran pada channel 2 osiloskop.
- Amati keluaran yang terjadi, catat tegangan dari
channel 1 dan channel 2, kemudian cari faktor penguatannya dan Vout dengan
menggunakan persamaan (8)
Data Hasil Pengamatan
Rangkaian Inverting
Rin = 100 Ω
Rf = 220 Ω
Gambar 7
Sinyal Masukan dan Sinyal Keluaran pada
Rangkaian Inverting
Tabel 1
Tabel Vpp dan Volt/Div pada Rangkaian Inverting
Vpp (Div)
|
Volt/Div
|
|
Channel 1
|
2
|
1
|
Channel 2
|
4,4
|
1
|
Rangkaian
Non-Inverting
Rin =
100 Ω
Rf =
220 Ω
Gambar 8
Sinyal Masukan dan Sinyal Keluaran pada
Rangkaian Non-Inverting
Tabel 2
Tabel Vpp dan Volt/Div pada Rangkaian
Non-Inverting
Vpp (Div)
|
Volt/Div
|
|
Channel 1
|
1,4
|
1
|
Channel 2
|
4,4
|
1
|
Pengolahan Data
Rangkaian Inverting
Tegangan
pada channel 1 (Vin)
Tegangan
pada channel 2 (Vout)
Dari persamaan (4), dapat dihitung tegangan keluaran
yang dihasilkan adalah sebesar
Dengan faktor penguatannya
Rangkaian Non-Inverting
Tegangan pada channel 1 (Vin)
Tegangan pada channel 2 (Vout)
Dari persamaan (4), dapat dihitung tegangan keluaran
yang dihasilkan adalah sebesar
Dengan faktor penguatannya
Analisis Data
Rangkaian inverting akan menguatkan sinyal masukan dan
sinyal keluarannya akan memiliki fasa yang berbeda 1800 dengan
sinyal masukannya. Hal ini dapat dilihat pada gambar (7). Besar
penguatannya adalah 2,2 kali. Oleh karena itu, jika diberi tegangan masukan
sebesar 2 volt akan dihasilkan tegangan keluaran sebesar 4,4 volt. Hasil
tegangan keluaran yang diperoleh melalui osiloskop maupun perhitungan
menggunakan rumus penguatan menunjukkan hasil yang sama.
Rangkaian non-inverting akan menguatkan sinyal masukan
dan sinyal keluarannya akan memiliki fasa yang sama dengan sinyal masukannya.
Hal ini dapat dilihat pada gambar (8). Besar penguatannya adalah 3,2 kali.
Oleh karena itu, jika diberi tegangan masukan sebesar 1,4 volt akan dihasilkan
tegangan keluaran sebesar 4,4 volt. Hasil tegangan keluaran yang diperoleh
melalui osiloskop maupun perhitungan menggunakan rumus penguatan memiliki
perbedaan nilai. Nilai tegangan berdasarkan perhitungan adalah sebesar 4,48
volt. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian pada osiloskop yang
digunakan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Rangkaian penguat baik inverting maupun non-inverting
dapat digunakan untuk menguatkan sinyal masukan.
Saran
Sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya praktikan:
- memahami konsep tentang penguat operational,
- melakukan kalibrasi pada osiloskop sebelum
digunakan,
- memahami kondisi alat dan komponen yang
digunakan.
Daftar Pustaka
Ilmu. Teori
Dasar Penguat Operational. [Online]. Tersedia :http://www.ilmu.8k.com/pengetahuan/opamp.html. [17 Desember
2011].
Trensains. Operational
Amplifier. [Online]. Tersedia :http://trensains.com/op_amp.html . [17Desember
2011].
0 komentar :
Posting Komentar
Tolong Kasih Komentarnya, ya...!!!! ^_^